3 out of 100

They said: In life, you need 3 things. Big effort, bless from God, and luck. In my case, it means a bigĀ amountĀ of luck.

Saya bukan ‘bintang’ di bidang akademik tapi juga bukan yang jeblok banget. Waktu SMP, saya memang pernah merasakan indahnya juara umum 1 angkatan, namun kebanggan itu hancur berantakan saat di SMA saya bertemu orang orang berbakat dan super rajin lainnya. Dan saat saya masuk ITB, lama lama saya sudah terbiasa jadi golongan yang ‘cari aman’ hahaha.

Selama 3 semester di Teknik Lingkungan, saya berhasil melewati beberapa pengalaman ‘aman’ tersebut.

Saat di semester 3 (yang merupakan semester pertama saya di TL), saya wajib mengambil mata kuliah Teknik Sipil. Namanya Pengetahuan Struktur, dan isinya hitungan semua. Tujuannya menyiksa hidup anak TL. Angkatan atas banyak yang tidak lulus. Intinya: nightmare.

Singkat cerita, UTS saya jelek dan saya tidak mau tidak lulus. Masalahnya adalah saya tidak paham apa apa tentang struktur dan rasanya otak saya menolak untuk dimasuki pemahaman pemahaman itu. Luckily, UAS open book dan ada 1 atau 2 soal yang mirip mirip di buku. Sisanya pasrah, hanya berdoa agar bisa lulus karena saya hanya paham hingga materi menjelang UTS.

Hasilnya: LULUS! Yap, C memang tidak memuaskan. Namun membayangkan tidak perlu bertemu lagi struktur aneh yang tidak pernah saya pahami itu, ya saya sangat bersyukur.

Pengalaman kedua saya adalah di semester 5 saat saya mendapat mata kuliah Mekanika Fluida 2. Entah kenapa saya tidak pernah bersahabat dengan air. Mekflu 1 saya mendapat C dan sepanjang kuliah Mekflu 2, semua yang diajarkan Pak haryo terdengar seperti bahasa alien untuk saya.

Seperti yang sudah bisa diduga, nilai saya ada di bawah batas kelulusan. Namun entah kenapa Pak Haryo tidak memberi nilai D atau E. Beliau memberi nilai T yang berarti nilai itu masih bisa berubah. Setelah saya dan beberapa teman bertanya, ternyata kami diberi tugas untuk memperbaiki nilai tersebut. Tugas yang sulit sekali sebenarnya sehingga saya sendiri tidak paham apa yang saya tuliskan.

Saat nilai perbaikan keluar…BOOM! Saya dapat B. Setelah sebelumnya saya tidak lulus, dan beliau memberi nilai B!!!! Rasanya langsung ingin memeluk Pak Haryo saat itu juga.

Pengalaman ketiga adalah yang terbaru yaitu semester ini. Adalah mata kuliah Unit Operasi yang menyulitkan hidup saya. Kombinasi antara materi yang susah, dosen yang lebih susah pula untuk dimengerti, dengan saya yang sering datang telat ataupun bolos karena kuliahnya selalu jam 7 pagi. Dan kombinasi tersebut menghasilkan nilai terendah dari 1 angkatan.

Nilai saya adalah 3, dari nilai maksimal 100.

Nilai 1 digit, dari skala 3 digit.

Nilai yang mendekati 0. Nilai yang tampaknya hanya upah kasihan.

Saat melihatnya, saya hanya bisa diam, menangis, dan makan bubur kacang ijo sama teman teman saya sambil dihibur. Setelah itu saya tidak mau lagi melihat daftar nilai. Trauma rasanya.

Kemudian saya tidak pernah terlambat lagi, duduk paling depan, mencoba mengerti (walaupun susah), dan terus berdoa agar saya bisa lulus. Kemudian secercah harapan muncul ketika diadakan Pra-UAS sebelum UAS. Itu berarti ada kesempatan lebih bagi saya. Melewati Pra-UAS, hati mulai ketar ketir karena tetap saja saya tidak bisa. Tapi harapan belum habis. H-1 UAS Unit Operasi saya dedikasikan hanya untuk dia. Saat itu saya menutup pikiran saya dari yang lain dan hanya 1 hal yang saya inginkan: lulus UO!

Beberapa hari yang lalu, nilainya keluar. Saya takut sekali, perut sakit, badan merinding, gak mau liat nilainya. Kemudian Kak Tyas bbm saya: “Kamu lulus kok, say”

Saya lulus. Dengan nilai BC. Saya, yang nilainya terrendah seangkatan, yang nilainya hanya 1 digit, yang hampir dapet 0. Saya, BC, lulus UO.

Saya tidak bangga dengan nilai nilai saya. Saya seharusnya bisa lebih baik daripada cerita cerita di atas. Saya hanya ingin berbagi pengalaman, bahwa kita harus berjuang hingga akhir. Bahwa kita tidak boleh cepat pasrah.

Banyak kejutan menanti kita di akhir cerita bila kita terus berusaha. Dan tentunya diiringi dengan doa, dan harapan akan keberuntungan! HA!