menganalogikan

null

Picture from here

 

Analoginya seperti ini.

Pertama kali kamu melihat seorang pilot dan ada sesuatu pada figur itu yang menarik perhatianmu. Entah apa, tapi sejak detik itu, salah satu impianmu adalah menjadi pilot. Terbang menembus awan, melihat pemandangan dari ketinggian, semuanya! Beranjak dewasa, kamu memiliki impian lain, yang lebih besar dan lebih menarik, tapi menjadi pilot tetap adalah sesuatu yang selalu kamu dambakan.

Lalu kamu tahu bahwa salah satu syarat untuk menjadi pilot adalah tidak boleh buta warna. Kamu tahu ada sesuatu yang berbeda pada dirimu tapi kamu tidak pernah tahu bahwa itu akan menjadi masalah. Sekian tahun kamu masih menyimpan impian itu dalam hati, tidak secara terang terangan lagi karena jauh di dalam hatimu, kamu tahu bahwa kemungkinannya kecil. Tapi, tidak ada yang salah untuk bermimpi bukan?

Teman temanmu berkata, tinggalkan impian itu. Carilah impian baru. Carilah yang memang sesuai untuk dirimu, bukan yang tidak bisa kamu raih.

Dan tetap dalam diam, kamu masih menyisipkan mimpi itu dalam doa.

Hingga surat resmi itu keluar. Surat resmi yang menyatakan keadaanmu, yang bertolak belakang dengan ketentuan untuk menjadi pilot. Impianmu sejak kecil, imajinasi di siang bolong, hal kecil yang membuatmu tersenyum saat membayangkannya, kata kata singkat yang terselip di setiap doamu; semuanya dihapuskan dengan kata kata: tidak mungkin.

Kamu pernah berjanji bahwa akan menyerah ketika ada kata kata resmi itu. Dan sekarang sudah ada. Tidak ada alasan lagi untuk berjuang.

Itu analoginya.

That’s how I feel about you now.

terucap selamat untuk malam

selamat malam untuk kamu yang semu

selamat malam untuk insan kesepian yang menatap langit langit saat tidur, untuk melupakan fakta bahwa tak ada siapapun di sampingnya bilamana terpekur

selamat malam untuk telinga yang pengang, setelah terus menerus mendengar hiruk pikuk keriuhan dunia yang tak lagi lengang

selamat malam untuk bibir yang berulang kali mencoba untuk bilang cinta, tapi tetap terkatup karena lebih baik jadi buta

selamat malam untuk mata yang lelah meneteskan air untuk satu orang yang tak berharga, hanya untuk tahu bahwa dirinya pun tak terlihat juga

selamat malam untuk hati yang meraung, berharap manusia di sekitarnya sadar bahwa ada gaung

selamat malam untuk otak yang tak lagi terpakai, akibat entah sejak kapan sejak terakhir dirinya dibelai

selamat malam untuk dia yang tak menoleh ke belakang, padahal jelas jelas ada yang sayang

selamat malam untuk saya.

 

keraguan dalam cinta

“relationship is built. cinta itu gak muncul begitu saja. dalam relationship pasti akan muncul banyak keraguan. kalau ada cinta, keraguan itu satu demi satu akan dimaklumi ataupun ditemukan solusinya”

hasil diskusi dengan seorang sahabat

my thought about love

You thought love was going to solve all your problems and it didn’t — sometimes it actually caused more — but it was worth it. Every fight, every misunderstanding, every moment of it. You realized that it’s not love’s job to make you happy. It comes and goes. The only person you have to be happy with and truly love is yourself.

What You Thought Love Was Going To Feel Like – Thought Catalog

the power of scent

Scent is the all-time memory-keeper.

Scent can unlock forgotten memories.

Scent is a powerful memory trigger.

How?

Thanks to olfactory nerve which located next to amygdala. Amygdala is connected to the experience of emotion as well as emotional memory. It is also next to hippocampus which is responsible in the making of new memory. Pretty clear, right? Our brain will associate scent to a memory that have emotion relation to us. The next time you smell that scent, your brain will automatically relate it to a moment, place, or person.

That is why every time I smell Glade Apple, I think of you.