Akhirnya

Semua bermula pada bulan November 2011, lebih dari setahun yang lalu.

Saya sedang duduk duduk di himpunan (yeah, jaman masih anak himpunan banget) bareng Ary dan kemudian Dida datang. Dia habis diskusi dengan Ibu Indah tentang topik TA. Dida melemparkan isu tentang limbah batik dan berkata bahwa dari isu tersebut masih banyak yang bisa dibahas. Salah satunya adalah toksisitas.

Saat saat itu, semua orang memang lagi heboh hebohnya mencari dosen pembimbing, pilih pilih topik TA, galau sana sini. Saya termasuk salah satunya. Sempat terpikir memilih topik ini, dosen itu, tanya sana sini, tapi belum ada keberanian untuk ambil inisiatif. Entah kenapa, setelah ngobrol sama Dida dan Ary siang itu, saya langsung browsing tentang toksisitas dan datang ke Bu Indah keesokan harinya.

Dan cerita pun berlanjut.

Semangat, malas, jatuh, bangun, gagal, dibantu, ada teman, sendirian, ngelab sampai malam dan weekend, hilang dari lab, ngerjain TA di kosan lab siete student lounge TU kosan inad, ngejar ngejar jadwal seminar, habis seminar malah ninggalin TA, rusaknya hasil sampling kedua, ngejar ngejar jadwal sidang, takut gak bisa sidang gara gara masalah administrasi, latihan sidang, dan….

akhirnya tiba juga waktunya sidang sarjana.

setelah segala persyaratan sidang dan slide sidang beres, saya berusaha menanamkan pikiran bahwa hari sidang is just another day in my life. Saya membuatnya terasa mengalir begitu saya. Saya mencoba untuk membuat mood tetap bagus agar bisa sejauh mungkin dari perasaan deg degan.

Sejujurnya, rasa deg degan itu baru muncul sekitar 1-2 menit sebelum memulai sidang.

Satu jam empat puluh lima menit di dalam ruangan tersebut terasa sebentar namun lama. Sulit namun bisa dilalui. Mengalir namun ingin dipercepat. Hingga di menit menit terakhir, yang terkumpul di dalam dada saya adalah ketakutan yang terakumulasi sejak berbulan bulan sebelumnya. Berbagai “bagaimana” bermain di pikiran saya.

Saya tidak bisa ingat bagaimana perasaan saya saat pengumuman hasil sidang akan diberikan. Rasanya seperti mengawang awang hingga kalimat “Kamu dinyatakan lulus” terdengar di telinga saya.

Ada rasa ringan di pundak, lepasnya ketegangan di kaki, dan otot wajah secara reflek membentuk senyum.

Akhirnya…..
null
null

Sisi Lain Suatu Era di Mwathirika

Mwathirika berasal dari bahasa Swahili.

MWATHIRIKA adalah pertunjukan teater boneka yang dipersembahkan oleh Papermoon Puppet Theater. Mereka berasal dari Yogyakarta namun kini saya dan teman teman berkesempatan untuk menyaksikan pertunjukannya di Bandung. Pertunjukan ini sudah digagas sejak 2010 dan telah dipentaskan di Yogyakarta maupun Jakarta. Berawal dari rangkaian tweet Devita tentang acara ini, saya pun googling sedikit dan merasa bahwa ini menarik. Cerita baru di sela sela TA, pikir saya.

Sebelum menonton, saya sudah membaca reviewnya sedikit (kebiasaan, suka spoiler). Saya tahu bahwa inti cerita dari pertunjukan ini mengacu pada sejarah Indonesia di tahun 1965. Pelajaran sejarah jaman SD-SMP teringat lagi, diselingi cuplikan film G30S/PKI yang diputar tiap tahunnya. Namun ini bukan teater sejarah.

Mendengar frasa “teater boneka” mungkin jadi terpikir rumah boneka yang di Dufan ya. Bukan, ini bukan boneka yang menyeramkan gerak sendiri ke kanan ke kiri dengan tatapan mata kosong. Mereka dibuat dengan detil yang menarik serta digerakkan oleh satu hingga tiga orang. Sempat saya berpikir, kenapa gak penggerak bonekanya ditutup wajahnya, atau pakai baju hitam hitam biar kita fokus ke bonekanya. Tetapi keintiman antara pemain dan boneka itulah yang membuat cerita ini makin terasa. Kesamaan ekspresi mereka, kehati hatian dalam menggerakkan agar terasa nyata. Satu lagi yang membuat kami berdecak kagum. Boneka boneka yang ada, ya mukanya kaya gitu aja. Tapi entah bagaimana, kami bisa merasakan ekspresi takut, lelah, polos, bahagia, kosong, khawatir. Aaaah, terasa pokoknya.

Kata kata yang keluar selama teater ini berlangsung hanyalah nama tokoh yang diteriakkan. Sisanya murni dari gerak gerik boneka. Pertunjukan teater ini penuh dengan simbol yang bebas untuk diinterpretasikan seperti apa oleh penontonnya. Nama tokohnya: Baba, Moyo, Tupu, Haki, Lacuna; berasal dari bahasa Swahili yang mewakili peran masing masing tokoh.   Warna merah di rumah, bendera, segitiga, balon, peluit secara tidak langsung membuat otak kita berasosiasi pada organisasi di masa itu. Topeng burung, topi hijau mengingatkan kita akan penguasa di orde itu. Ketidaksempurnaan tubuh Baba dan Lacuna menggambarkan ketidakberdayaan masayarakat.

Gerak gerik boneka ini dipadukan dengan aspek aspek pendukung lainnya yang membuatnya lengkap. Panggung dibuat jadi dua bagian, bawah dan atas; memperlihatkan apa yang terjadi di tataran bawah masyarakat dan kelakuan penguasa masa itu di atas. Video disorotkan ke layar menambah simbol simbol yang ingin diperlihatkan dengan cara yang berbeda. Penataan cahaya mendukung perubahan suasana dan emosi di setiap adegannya. Musiknya didominasi lagu dari musicbox dan suara sayup sayup peluit. Kagum rasanya bagaimana musik bisa menambah efek dalam menonton suatu pertunjukan.

Selama 55 menit, saya melihat sisi lain dari suatu periode politik. Bukan hanya di Indonesia, namun dimanapun itu berada. Ada sisi satunya lagi, sisi mereka yang tidak tahu apa apa namun dianggap hina dan pantas dimusnahkan. Mereka yang mendapat label “tidak pantas ada” sepanjang hidupnya.

Mwathirika adalah pengalaman baru bagi saya dan semoga saya gak kapok.

Mengutip dari booklet yang dibagikan sebelum kami masuk ke ruangan: “tentang sejarah kehilangan dan kehilangan sejarah” Cerita ini bisa berlatar Indonesia, Jerman, Swahili, ataupun negara antah berantah. Terserah asosiasi penonton.

(dalam bahasa Swahili, Mwathirika berarti ‘korban’)

Haki, dalam bahasa Swahili berarti ‘kanan’

Tupu, dalam bahasa Swahili berarti ‘kosong’

booklet & tiket mwathirika

null

boneka boneka di negeri mwathirika (foto dr udabow.tumblr.com)

about papermoon puppet theater: http://www.papermoonpuppet.com

mwathirika’s reviews: http://mwathirika-puppet.blogspot.com

catatan perjalanan Gunung Padang – Curug Cikondang

Pernah mendengar tentang Gunung Padang?

Gunung Padang bukan gunung beneran semacam Gunung Merapi atau Gunung Gede. Gunung Padang adalah situs megalithikum yang letaknya di daerah Cianjur. Usianya sudah ribuan tahun sebelum masehi dan dulunya dipakai sebagai tempat peribadatan & tempat berkumpul orang orang megalithikum. Akhir akhir ini Gunung Padang jadi ‘hip’ lagi karena diduga ada piramid di dalamnya. Wow! Selengkapnya bisa cek di link ini dan ini

Saya akan berbagi cerita perjalanan saya dan 27 teman seangkatan saya ke Gunung Padang. Mengapa bisa terpikir untuk jalan jalan kesini? Salahkan agnindhira

null

cantik kan? jomblo lho!

Menanggapi usul agni, ada dida & afifah sebagai eksekutor yang dengan segala persiapannya berhasil memberangkatkan 28 orang dari Bandung – Cianjur – Bandung naik kendaraan umum! Liburan satu hari yang pas sekali bagi kami mahasiswa tingkat akhir yang baru selesai UTS. Tulisan ini dibuat sebagai kenang kenangan angkatan sekaligus arahan buat temen temen lain yang berniat jalan jalan ke Gunung Padang untuk wisata. Semoga membantu!

__________________________________

Minggu, 18 Maret 2012 | 04.30 | McD Simpang Dago

Sebagian besar dari kami kumpul dulu dari McD untuk kemudian berangkat bareng bareng ke Stasiun Ciroyom sedangkan yang lainnya ada yang menyusul di Ciroyom ataupun di Padalarang. Selesai shalat shubuh, kami naik angkot Caheum – Ciroyom untuk mengejar kereta pukul 06.00

06.00 | Stasiun Ciroyom

Saat kami tiba, bahkan loket belum buka. Stasiun kebanyakan berisi para pedagang yang mau naik kereta. Ohya jangan kebayang stasiun kaya Gambir gitu ya, stasiunnya kecil & nyelip di antara pasar.

null

Si ibu gak mau kalah gaul di foto

Kami naik kereta ekonomi Ciroyom – Padalarang dengan harga tiket 1000 rupiah saja. Wow! Saya aja naik angkot kosan – McD 1500 hahaha. Dan memang saya pertama kali naik kereta ekonomi seperti ini. Tapi karena rame rame jadi lebih seru lah
null null

07.00 – 08.30 | Stasiun Padalarang

Kereta ke Cianjur baru ada jam 08.30 dan hanya ada 2 gerbong. Jadi kami jalan di sekitar stasiun sambil membeli makan siang dibungkus supaya bisa makan di atas gunung padang. Kereta Padalarang – Cianjur tiketnya hanya Rp 1500 lho! Kami lumayan senang dengan hal ini sampai melihat pengumuman berikut

null

dari 1500 jadi 10000!

Jadi kami kurang tahu juga apakah keretanya akan diganti atau gimana. Yang pasti sih mulai beberapa hari lagi, gak ada nih kereta murah 1500an hehehe. Katanya sih, sepanjang perjalanan ke Cianjur banyak pemandangan yang menarik untuk dilihat seperti Karst Citatah, dll. Namun dikarenakan anginnya lumayan enak buat tidur, jadilah saya melewatkan pemandangan bagus itu.

10.30 | Stasiun Cianjur

null

Sampai di Cianjur!

Ternyata perjalanan dari Kota Cianjur ke Gunung Padang tuh masih lumayan jauh. Sebelum berangkat, dida & afifah jg sempat bingung bagaimana membawa 28 orang ini. Mau sewa angkot, katanya gak bakal kuat lewatin jalannya. Mau nyewa elf, gak ada nomor kontaknya. Akhirnya dengan dibantu omnya fifah, kami berhasil menyewa 2 mobil L300 yang bisa mengangkut kami semua! Perjalanan emang jauh, berkelok, rusak, gitu deh. Tapi pemandangannya seru!

null null

11.30 | Stasiun Lampegan

Bukan, kami bukan mau naik kereta lagi. Jadi, di dekat Gunung Padang ada stasiun dan terowongan bikinan Belanda yang namanya Lampegan. Dulu, pengunjung yang mau ke Gunung Padang bisa turun di stasiun Lampegan namun sekarang sudah tidak beroperasi lagi. Kenapa menarik? Karena terowongan Lampegan sepanjang 686 meter merupakan salah satu terowongan jalan kereta api tertua yang pernah dibangun pemerintah Hindia Belanda di Indonesia.

null null

12.15 | Parkiran Gunung Padang

Sampai di lokasi! Tapi kami harus mendaki 380 anak tangga dulu kawan! Sebagian dari kami shalat terlebih dahulu, lalu kami membayar biaya masuk. Dulunya, pengunjung gunung padang hanya diminta memberi retribusi seikhlasnya. Sekarang, Gunung Padang sudah dikelola dinas kebudayaan dan setiap orang yang masuk membayar Rp 1000

null null

Setelah mendaki tangga yang cukup terjal dan bikin kaki lumayan tegang, akhirnya kami sampai juga!!

13.00 | Puncak Gunung Padang

null null

Kebayang kan kaya apa? Gunung Padang ini luasnya 25 hektar dan ada 5 teras. Setelah istirahat dan makan siang, kami mulai berkeliling, foto foto, dan sok manjat manjat. Lalu kami menyewa seorang guide untuk menjelaskan sejarah dan keunikan Gunung Padang.

Gunung Padang adalah situs megalithikum tertua dan terbesar di Asia Tenggara. Dulunya diperkirakan sebagai tempat berdoa & berkumpul orang megalithikum. Kita bisa melihat bentuk beberapa ruangan di sini. Ada ruangan tempat berkumpul, tempat berdoa, sampai ruang musik. Nah, gunung padang ini erat banget sama angka 5. Batu batunya hampir semuanya bersudut 5, ada 5 teras, dikelilingi 5 desa, hmm apa lagi ya? Haha banyak deh.

Batu batunya juga banyak yang unik. Saya tampilkan dalam foto ya

null

batu lumbung bentuknya bulat

null

ada ukiran kujang (senjata asli Jabar)

null

wow! ada tapak harimau

null

batu musik! bunyinya seperti gamelan

null

dolmen, untuk mempersiapkan hewan persembahan

null

kalau bisa angkat batu ini, katanya cita citanya terkabul

Yang saya perhatikan adalah: karena kami datang pada hari minggu, situs ini lumayan rame. Dari ibu ibu sampai anak pramuka ada. Selain itu, sekarang ada beberapa tempat sampah jadi gak ada alasan untuk buang sampah sembarangan. Selain itu, Gunung Padang kini sedang diteliti terkait kemungkinan adanya piramida di bawahnya. Wah! Teori ini sendiri banyak pro kontra-nya. Tapi lumayan juga nih kalau terbukti benar, nanti kami bisa ngaku ngaku “wah udah pernah ke piramid!”

15.30 | Turun dari Gunung Padang

Jalan turun tentu lebih mudah, tapi tetap saja begitu sampai bawah, kaki kami bergetar hahaha. Istirahat, ke WC (lumayan bersih), kami lalu melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya yaitu Curug Cikondang. Katanya nanggung sih kalau gak kesana. Saya sebelumnya belum pernah ke curug. Paling pernahnya ke Tawang Mangu. Ternyata oh ternyataaa. Curug Cikondang melebihi ekspektasi saya

17.00 | Curug Cikondang
null

Luar biasa besar dan indah! Saya yang di awal hanya niat celup celup kaki pun terbawa jadi ikut basah. Hahaha. Kami semua main main, manjat dikit, foto foto, sambil tetap hati hati. Rasanya puaaaas sekali. Saya gak kebayang juga kalo ternyata main ke Curug rasanya seperti ini hahaha.

null null

18.00 – 20.00 | Curug Ckondang – Cianjur

Mobil sewaan kami melewati jalan berliku gelap dimana saya pulas tertidur sedangkan yang cwo cwo berjaga karena kabarnya daerah situ lumayan angker. Sampai Cianjur, kami melanjutkan perjalanan ke Bandung dengan naik bus ke Leuwipanjang. Lelah, basah, puas, ngantuk. Tidur lagi deh.

22.00 | McD Simpang!

Hampir 18 jam bersama jalan jalan ke tempat baru (belum ada satupun dari kami yang pernah kesana) yang seru di tahun akhir kuliah bareng itu rasanyaaaa…PUAS! Terima kasih teman teman khususnya agni, dida, dan afifah yang sudah mengusahakan jalan jalan ini 😀

___________________________________________

Last but not least! Ini adalah rincian pengeluaran kalau mau jalan jalan Bandung – Lampegan – Gunung Padang – Curug Cikondang – Bandung dengan moda transportasi kereta (harga kereta naik per 1 april 2012) tanpa biaya makan jajan dll.

  • Angkot Caheum Ciroyom : 3000
  • Kereta Ciroyom – Padalarang : 1000
  • Kereta Padalarang – Cianjur : 1500
  • Sewa mobil : 40000 (per orang; 2 mobil 1.100.000)
  • Tiket masuk gunung padang: 1000
  • Guide : 1000 (dikali 28 jadi 28000, sukarela aja)
  • Tiket masuk curug : 3000
  • Bus Cianjur – Leuwi panjang : 15000
  • Sewa mobil Lewi Panjang – Dago : 6000
Total 71.500 🙂
Tips buat yang mau jalan jalan ke sana
  1. Bawa baju ganti! biar puas main di curugnya
  2. Bawa makan siang, supaya bisa sekalian pikni. Sampahnya buang di tempatnya ya
  3. Sewa guide, biar gak sia sia kesana
  4. Lebih baik pas weekday
  5. Kalau harga tiket kereta udah 10000, coba liat lagi deh mending naik kereta apa bus apa bawa mobil

That’s it. Semoga membantu ya 🙂
null

about my little sister

Lama gak menulis sesuatu di sini. Sekarang saya mau bercerita tentang one of the most influential person in my life. She is my little sister. Namanya Melati Nurguritno dan dia lahir 1 tahun 4 bulan setelah saya.

null

how cuteeee!

Harusnya sih saya punya adik lagi setelah 2 – 3 tahun. But, this little creature couldn’t wait to meet me. Berbeda usia hanya 1 tahun dan punya jenis kelamin sama membuat kami sering disangka anak kembar. Baju dibelikan sama, hanya beda warna. Masuk sekolah yang sama, hanya beda satu tahun. Mainan juga dibelikan satu untuk berdua. Tapi memang dasarnya anak bungsu ya, Melati selalu jadi pusat perhatian keluarga. Sampai pernah dulu waktu SD, saya ngambek karena merasa hanya anak angkat sedangkan Melati yang anak kandung. Hahahaha.

Walaupun hanya beda 1 tahun, naluri ‘kakak’ saya tetap keluar. Terpaksa mengalah, sampai mati matian melindungi si adik kecil ini. Bahkan dulu waktu SD, saya bikin peraturan seenak hati. Setiap cwo yang ngedeketin adik saya ini, harus kenalan dulu ama saya. Mentok mentoknya, malah saya yang naksir ama si cwo yang ngedeketin dia itu. Hahaha.

null

who doesn't love her? :3

Naluri Melati sebagai adik juga selalu ada. Kalo kata ibu, bahasa jawanya ‘mbebek’. Saya memang dari kecil udah aktif ini itu, dan Melati sebagai adik selalu mengikuti aktifitas yang saya ikuti. Alasan ibu sih, biar gampang. Sekali nganterin les, langsung 2 kan yang ikut. Tapi semakin besar, makin berbeda kegiatan yang kami ikuti walaupun masih satu jalur. Misal, waktu SMA saya ikut gamelan jawa dan dia ikut tari tradisional. Tapi kenapa sekarang pas kuliah jadi sama lagi ya?

Mau disama samain segimananya, tetap kami punya minat yang berbeda. Melati sangat bagus dalam musik dan bahasa. Dia pernah les nyanyi, les gitar, les organ, tapi yang paling ia bisa adalah menghafal serta menikmati segala jenis musik. Baru dengar lagu baru di radio, dia bisa langsung hafal lirik dan nadanya kemudian dinyanyiin deh. Begitu juga dengan bahasa. Dia bisa belajar bahasa baru dengan sangat cepat dan niat banget.

null

she loves music

Perubahan besar di Melati adalah waktu SMA. Dulunya, Melati sangat tertutup, beda dengan saya yang outgoing. Mungkin ada faktor penyebab dari saya juga ya yang hobi membully dia hehehe. Tapi mulai dari SMA, dia jadi berani untuk membela dirinya sendiri, mengungkapkan apa yang ada di pikirannya, dan mencari tahu hal hal baru, bukannya hanya disuapin informasi saja. Dan ketika SMA itu pula, Melati ke luar negeri sendiri untuk misi budaya. I envy her for her trip but she deserved that.

null

Melati di Jerman

Saya sendiri memiliki ketergantungan sama si adik kecil ini. She’s my best advisor. Bisa dibilang, orang lain kritik saya mungkin gak semuanya saya dengerin, tapi kalo Melati bilang itu jelek, well berarti itu jelek. She has good taste in music, fashion, and life style. She’s chubby but she’s so pretty. Her friends lover her so much because she’s nice.

Sekarang dia kuliah di Fisika Teknik ITB, tingkat 3. Kamarnya di bawah kamar saya dan selalu penuh dengan dentuman lagu korea. Dia ikut unit yang sama dengan saya dan kerja di tempat yang sama pula. She is still looking for her true passion but I know that she’s in her right track.

Love you, dear lil’ sist! Ayo bilang kamu juga sayang aku *tinju* *cium*
null

Be careful with what you wish for

Jadi nanti kalo salah satu dari kita jadi GM, satunya lagi jadi SM ya!

Obrolan 2 anak TPB yang jadi kenyataan 3 tahun kemudian. Siapa sangka kan?

Saya sendiri juga gak pernah nyangka, tulisan saya di lembar “yang akan dicapai saat di ITB” waktu sesi SSDK pas inkm bakal jadi kenyataan. Waktu itu saya tulis salah satu pencapaian saya adalah “jadi ketua unit”

Be careful with what you wish for 🙂

Karena efeknya adalah pengalaman satu tahun berharga yang semoga bukan cuma berguna buat saya tapi juga teman teman dan juga unit tercinta saya ini. Mungkin semua pembelajarannya gak keliatan sekarang, tapi saya yakin 2-3 tahun lagi dan seterusnya bakal kerasa.

Sedikit bagi bagi highlight selama 1 tahun ini ya

  • ketika akhirnya berhasil mengajak sahabat seperjuangan, Rani Krisnamurthi, untuk bergabung di Management Board dan mewujudkan mimpi masa TPB itu
  • ketika rapat perdana saya sedikit ‘dirusak’ oleh Amir (yang kemudian diketahui jadi penerus saya) dengan ngebajak akun twitter yg dikira punya saya padahal punya unit. Disaster
  • ketika mulai diperkenalkan sebagai ‘ketua unit’ lalalala. dari dulu, jabatan yang paling saya takuti adalah jadi ketua, karena gak ada lagi yang di atas saya. duh, semua bergantung ama saya gimana dong?
  • ketika mau OHU rasanya gak tenang banget takut ini takut itu (padahal bukan panitia lagi)
  • ketika pas masuk semester baru, flow saya sendiri kok gak sama kaya sebelum libur. Akhirnya bikin evaluasi sama management board & dapet banyak masukan tentang gaya kepemimpinan
  • ketika bbm ngomongin kerjaan teknik sama brian beralih jadi curhat, beralih jadi galau, balik lagi ke kerjaan, balik lagi curhat. begini lah kalau kerja sama temen deket sendiri
  • ketika sempet hampir seminggu gak ke studio, merasa bersalahnya ampun ampunan
  • ketika ketemu cakru, hmmm kasih kesan yang kaya gimana ya?
  • ketika mempersiapkan proker besar sekaligus pelantikan kru baru dalam waktu bersamaan, yaampun mau drop banget rasanya. Setiap hari intense. Merasa gak capable tapi gak boleh menunjukkan itu ke kru. Rasa puas setelah ngelantik kru baru
  • ketika sulit sekali mengontrol pekerjaan adik sendiri yang jadi bawahan. Antara tahu kendalanya, tapi untuk kebaikan bersama harus tegas. Aih, air mata gak terhindarkan ya dik 🙂
  • ketika liburan pun gak tenang gara gara PAU disegel, dibantu kru yang ada di Bandung dan ketenangan Pak Rice dapat menyelesaikan semuanya. Ya ampun itu pemikiran kemungkinan seburuk buruknya udah ada lho. Sampe kepikiran alternatif pindah studio kemana yaaaa

Sedikit tapi banyak ya. Harusnya lebih banyak lagi tuh. Hihihi.

Yang pasti sekarang rasanya pundak terasa lebih ringan. Jauuuuh lebih ringan.

Terima kasih 8EH Radio ITB untuk pengalamannya. Semoga setahun yang kemarin jadi berkah ya!

ttd, mantan GM 8EH 🙂